Bima

Bima

19 Maret, 2018

Iblis Sang Pencinta Sejati


Judul Asli :     إبليس حبيب صحيح  

Anugerah tertinggi sang kekasih bagi sang pencinta rasa damai tidak bisa diperoleh oleh hati yang masih membenci,kendati ditujukan kepada iblis atau syetan, demikianlah seorang sufi wanita Rabi’ah Al Adawiyah tidak menyisakan ruang di dalam hatinya untuk membenci setan. 

Ketahuilah, Bahwa hakikat segala sesuatu adalah Allah Azzawajallahu, demikian juga dengan hakikat iblis. Iblis bukanlah makhluk yang patut dibenci, Al-Hallaj mengakui bahwa iblis adalah figur sang pencinta sejati, seorang yang teguh, ia adalah sang mursyid bagi para malaikat-Nya. 

Iblis adalah sosok “ figur sempurna ” bagi para pencinta Kebenaran, kecintaan mutlaknya kepada yang Maha pencipta alam semesta, tidak diragukan lagi, ujian penderitaan dari sang kekasih diterimanya tanpa bertanya dan  menentang 

Hazrat Sarmad menganjurkan manusia agar berguru Tauhid Murnikepada iblis. Ahmad al-Ghazali ( adik Imam Ghazali ) menilai bahwa manusia yang tidak tahu hakikat iblis, masih belum beriman, cenderung terperosok menduakan Allah.

Dialog antara Allah dan iblis ,di dalam Alquran sangat simbolik. Sebetulnya Allah sedang mengajari kaum Adam dan para malaikat tentang ” Mahabbah ” adalah suatu sikap bakti yang berupa penyerahan  tertinggi kepada-Nya,  Melalui tindakan iblis di dalam Al Qur’an dikatakan iblis termasuk golongan jin, menurut makna jin disini dalam pengertian “ asing ” bagi komunitas malaikat, yang artinya berasal dari ras yang lain.

Ia bernama Azazil dan selanjutnya hidup di kalangan malaikat, Ia berbakti kepada Allah ribuan tahun lamanya hingga derajat kerohaniannya mencapai derajat malaikat agung, dalam khazanah Sufi, sesungguhnya malaikat merupakan makhluk yang memiliki kesadaran rohani yang tinggi dan berwujud cahaya,

Ketika Allah memerintahkan para malaikat bersungkur sujud di hadapan Adam mereka semua bersujud, kecuali Azazil.

Maka terjadi dialog antara Allah dengan Azazil seperti diterangkan dalam kitab at-Tawasin karya besar Mansur al-Hallaj :

Allah bertanya pada Azazil,  ” Mengapa kau enggan bersujud pada Adam...? ”,

Azazil menjawab,  ” Tiada yang patut kuagungkan selain Diri-Mu ”.

Allah bertanya balik,  ”  Meskipun kau akan menerima kutukan-Ku... ?  ”.

Azazil menjawab, ”  Tidak mengapa, karena hasrat hatiku tak sudi condong pada yang lain selain Diri-Mu  …

Kemudian Azazil bersyair : “ Kendati Kau membakarku dengan Api Suci-Mu yang menyala-nyala untuk selamanya , aku tak akan pernah sudi tunduk pada kesadaran ego (manusiawi) pernyataanku berasal dari hati yang tulus dalam Cinta aku memiliki kemenangan, bagaimana tidak...? ”

Azazil melanjutkan syairnya : “ Sesungguhnya tiada jarak yang memisahkan Dikau denganku ketika tujuan tercapai kedekatan dan jarak adalah satu,  kendati aku ditinggal derita keadaan itu akan menjadi karibku jika Kasih itu satu, bagaimana kita bisa berpisah...? dalam kemurnian yang mutlak, Diri-Mu kuagungkan bagi seorang hamba dengan hati yang benar bagaimana dia menyembah sesuatu selain Dikau...? ”

Ribuan kali, Yang Maha Mengetahui memerintahkan Azazil bersujud, tetapi dia tetap enggan.

lalu ia bersyair : “ Ya Allah, segala sesuatu termasuk diriku ini adalah milik-Mu Kau telah memberikan ku pilihan, namun Kau telah menentukan pilihan-Mu bagiku,  jika Engkau melarangku dari bersujud, Kau adalah Pelarang, Jika aku salah paham, jangan Kau tinggalkan daku, jika Kau menginginkanku bersujud dihadapannya, hamba patuh namun tak seorangpun lebih mengetahui tentang Maksud-Mu selain Nuraniku ini ”

Atas penolakannya, Yang Maha Pengasih menganugerahkan “ Kafir ” pada Azazil berupa kutukan dan penderitaan, dengan pasrah, tanpa bertanya lagi, tanpa mengeluh, ia menerima Anugerah-Nya yang tertinggi, sekaligus terberat.

Catatan :

Kenapa Iblis menerima begitu saja tanpa menolak kutukan Allah....? 

Tidak protes sedikitpun...? 

Namun Sekiranya Allah menganugerahkan Murtadin kepada Azazil, niscaya dia akan menolak, iblis tahu, kekafiran adalah menyembah selain Allah, dan iblis tidak pernah meNuhankan selain Allah, sangat jauh berbeda jika dikatakan Murtad, Murtad berarti meninggalkan Allah dan menyembah kepada sembahan lain, dan Azazil tidak akan pernah melakukan itu.

Mulai dari sinilah Rencana Allah untuk membuat Surga dan Neraka berfungsi sebagai tempat kembali bagi manusia, dan Dunia ini sebagai ciptaan bagi manusia mengarungi kehidupan dan cobaan dari Allah. 

Sekiranya Allah memberi pengetahuan kepada Iblis akan keutamaan Adam, dan mengetahui bahwa sujud kepada Adam adalah sujud perhormatan kepada Hakikat Muhammad pada diri Adam, dan bukan sujud penyembahan, niscaya Iblis ( Azazil ) akan bersujud. 

Tapi tidak demikian adanya, karena Iblis sendiri akan diberi Tugas Oleh Allah, sebagai bahan cobaan dan ujian ( penguji ) bagi hamba-hamba Allah yang beriman.

Sekiranya Iblis bersujud kepada Adam, maka Dunia ini tidak akan di huni oleh manusia, dan firman Allah “ Aku jadikan Manusia untuk menjadi Khalifah dimuka Bumi “ menjadi tidak terlaksana, Maha Suci Allah dari kekurangan dan kesalahan, Maha sempurna Allah Atas segala Rencana-Nya.

Jika Bumi ini tidak dihuni Oleh manusia sesuai dengan rencana Allah tadi, maka Surga dan Nerakapun akan menjadi ciptaan yang sia-sia adanya, Maha Suci Allah dari segala kekurangan dan Rencana Allah itu Sempurna.

Maka Jadilah Sang Iblis sebagai Penguji, Para Nabi dan Rasul sebagai Guru pembimbing  bagi manusia, Alquran sebagai Mata Pelajaran dan Al Hadist sebagai pedoman didalam memahami Mata Pelajaran tersebut

Judul Asli :     إبليس حبيب صحيح 

Dari Kitab : As Sirrul Jalil fi Khawashi Hasbunallah Wa Ni’mal Wakil

Karya Syekh Abul Hasan Ali Asy Syadzili.


☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Semoga Bisa Bermanfaat

Salam Jaya… Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Raya

From Martapura OKU Timur Sumatera Selatan

vikyfirst@gmail.com

☆☆☆☆☆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar