Allah telah mengkaruniakan kepada saya untuk menuntut ilmu,
maka apa saja etika mencari ilmu yang anda nasehatkan kepada kami agar kami
agar kami menghiasi diri dengannya…. ?
Alhamdulillah
Sesunggunya dalam mencari ilmu ada beberapa etika yang
selayaknya bagi penuntut ilmu agar menghiasi diri dengannya, berikut ini
beberapa wasiat dan etika untuk menuntut ilmu semoga bermanfaat bagi kita semua
:
1. Sabar
Wahai saudaraku yang mulia, sungguh menuntut ilmu termasuk
perkara yang bernilai tinggi, derajat yang tinggi itu tidak bisa diraih kecuali
dengan kepayahan. Abu Tammam berkata mengajak jiwanya sendiri :
Wahai jiwaku, biarkan aku mendapatkan apa yang tidak
didapatkan dari derajat yang tinggi,
Maka kesulitan meraih ketinggian tersebut adalah dalam kesulitan, dan
kemudahannya dalam kemudahan
Engkau ingin meraih ketinggian derajat dengan harga yang
murah, Dan di balik madu harus ada jarumnya lebah.
Beliau juga berkata:
Saya merangkak untuk mengejar kemuliaan, sementara kesungguhan jiwa mereka telah sampai
ke sana, mereka telah menggunakan kekuatan untuk meraihnya
Mereka telah bertarung untuk meraih kemuliaan hingga kebanyakan
mereka sudah merasa bosan, sementara yang meraih kemuliaan adalah orang yang
menepati janjinya dan bersabar.
Jangan pernah mengira kemuliaan itu seperti kurma yang mudah
dikonsumsi, kamu tidak akan pernah sampai kepada kemuliaan sampai terikat
dengan kesabaran ( kesabaran adalah obat yang pahit ) .
Bersabarlah dan kuatkan kesabaran anda, maka jika jihad
membutuhkan kesabaran, maka kesabaran menuntut ilmu sampai akhir usia.
“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga ( di perbatasan negerimu )
dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)
2. Mengamalkan Ilmu
Ketahuilah bahwa amal adalah buah dari ilmu, barang siapa yang
mengetahui namun dia tidak mengamalkan, maka dia telah menyerupai orang yahudi
yang Allah menjadikan mereka perumpamaan yang seburuk-buruk perumpamaan di
dalam kitab-Nya :
“ Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat
kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa
kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan
ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”.
( QS. Surat Al - Jumu’ah: 5)
Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka mereka serupa dengan
orang-orang nasrani, dan merekalah orang-orang yang sesat yang disebutkan di
dalam surat Al Fatihah.
3. Berhati-hati
Jauhilah olehmu pada awal mula menuntut ilmu sibuk dengan
perbedaan ulama, guru atau perbedaan yang terjadi kepada semua orang secara
umum; karena hal itu akan membingungkan, mengagetkan akal, demikian juga perlu
berhati-hati dengan kitab-kitab induk; karena hal itu akan menghabiskan waktumu
dan memecah fokus fikiranmu, akan tetapi berikanlah buku yang kau baca atau
jurusan yang kau tekuni perhatianmu sampai engkau menguasainya, hindarilah
pindah dari buku yang satu kepada yang lainnya tanpa ada kewajiban yang
mendesak; karena yang demikian itu menjadi tanda kepicikanmu dan jauh dari keberuntungan.
Seharusnya anda memperhatikan dari semua ilmu pada sesuatu yang terpenting dari
yang penting.
4. Berlaku sopan kepada Syeikh / guru.
Karena ilmu itu pada awal mulanya tidak diambil dari
buku-buku, namun harus kepada syeikh yang bisa mendetailkan kunci-kunci
menuntut ilmu, agar anda selamat dari ketergelinciran, maka menjadi kewajiban anda
untuk berlaku sopan kepadanya, hal itu akan menjadi tanda kemenangan dan
keberhasilan, sukses meraih ilmu dan mendapatkan taufik. Hendaknya syeikh anda
menjadi tempat penghormatan anda, pemuliaan dan ramah. Maka ambillah semua adab
yang baik pada saat anda duduk bersamanya, berbicara kepadanya, sopan dalam
bertanya, menyimak dengan seksama, mempunyai etika yang baik pada saat membuka
buku di depannya, tidak bertele-tele di hadapannya, tidak mendahului beliau
dengan ucapan, langkah atau banyak berbicara di hadapannya atau menyela
pembicaraan dan kajiannya dengan ucapanmu, atau menjawab dengan terus-menerus,
menjauhi banyak bertanya apalagi disaksikan oleh banyak orang, karena hal itu
akan menjadikanmu gurur ( tertipu dengan diri sendiri) dan bagi beliau merasa
jenuh, dan janganlah memanggilnya dengan namanya secara langsung atau dengan
nama julukannya, akan tetapi katakanlah: “Wahai syeikh kami”.
Jika nampak ada kesalahan dari syeikh atau keraguan maka
janganlah engkau menjatuhkan beliau dalam pandanganmu, karena hal itu akan
menjadi penyebab terhalangnya dirimu dari ilmunya, dan adakah orang yang akan
selamat dari kesalahan ?”. ( Baca Hilyah Thalib Ilmi karya syeikh Bakr Abu Zaid
)
5. Carilah ridho gurumu
Dengan segala rasa tawadhu kepada guru dan berserah diri serta
mengamalkan apa yang guru perintahkan dan ajarkan, jangan sampai membuat hati
gurumu gusar atau berubah pasrahkan segala jiwa dan ragamu agar kamu mendapat
berkah dan ridho gurumu karena yang seperti itu akan membuka rahasia” hikmah sehingga
terpancarlah Nur / cahaya ilmu dalam dirimu.
Berkata Imam Syafi’i " Aku begini bukan karena
kepandaianku tetapi berkat ridho Guru guruku ".
Kami memohon kepada Allah agar selalu diberi perlindungan dan
kekuatan dalam segala hal.