Bima

Bima

02 Juli, 2020

RAHASIA MENGGAPAI HIKMAH : Beberapa Etika Dalam Mencari Ilmu





Allah telah mengkaruniakan kepada saya untuk menuntut ilmu, maka apa saja etika mencari ilmu yang anda nasehatkan kepada kami agar kami agar kami menghiasi diri dengannya…. ?

Alhamdulillah

Sesunggunya dalam mencari ilmu ada beberapa etika yang selayaknya bagi penuntut ilmu agar menghiasi diri dengannya, berikut ini beberapa wasiat dan etika untuk menuntut ilmu semoga bermanfaat bagi kita semua :

1. Sabar
Wahai saudaraku yang mulia, sungguh menuntut ilmu termasuk perkara yang bernilai tinggi, derajat yang tinggi itu tidak bisa diraih kecuali dengan kepayahan. Abu Tammam berkata mengajak jiwanya sendiri :

Wahai jiwaku, biarkan aku mendapatkan apa yang tidak didapatkan dari derajat yang tinggi,  Maka kesulitan meraih ketinggian tersebut adalah dalam kesulitan, dan kemudahannya dalam kemudahan
Engkau ingin meraih ketinggian derajat dengan harga yang murah, Dan di balik madu harus ada jarumnya lebah.

Beliau juga berkata:

Saya merangkak untuk mengejar kemuliaan,  sementara kesungguhan jiwa mereka telah sampai ke sana, mereka telah menggunakan kekuatan untuk meraihnya

Mereka telah bertarung untuk meraih kemuliaan hingga kebanyakan mereka sudah merasa bosan, sementara yang meraih kemuliaan adalah orang yang menepati janjinya dan bersabar.

Jangan pernah mengira kemuliaan itu seperti kurma yang mudah dikonsumsi, kamu tidak akan pernah sampai kepada kemuliaan sampai terikat dengan kesabaran ( kesabaran adalah obat yang pahit ) .

Bersabarlah dan kuatkan kesabaran anda, maka jika jihad membutuhkan kesabaran, maka kesabaran menuntut ilmu sampai akhir usia.

“ Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga ( di perbatasan negerimu ) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”. (QS. Ali Imran: 200)

2. Mengamalkan Ilmu
Ketahuilah bahwa amal adalah buah dari ilmu, barang siapa yang mengetahui namun dia tidak mengamalkan, maka dia telah menyerupai orang yahudi yang Allah menjadikan mereka perumpamaan yang seburuk-buruk perumpamaan di dalam kitab-Nya :
“ Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. ( QS. Surat Al - Jumu’ah: 5)
Barang siapa yang beramal tanpa ilmu maka mereka serupa dengan orang-orang nasrani, dan merekalah orang-orang yang sesat yang disebutkan di dalam surat Al Fatihah.

3. Berhati-hati
Jauhilah olehmu pada awal mula menuntut ilmu sibuk dengan perbedaan ulama, guru atau perbedaan yang terjadi kepada semua orang secara umum; karena hal itu akan membingungkan, mengagetkan akal, demikian juga perlu berhati-hati dengan kitab-kitab induk; karena hal itu akan menghabiskan waktumu dan memecah fokus fikiranmu, akan tetapi berikanlah buku yang kau baca atau jurusan yang kau tekuni perhatianmu sampai engkau menguasainya, hindarilah pindah dari buku yang satu kepada yang lainnya tanpa ada kewajiban yang mendesak; karena yang demikian itu menjadi tanda kepicikanmu dan jauh dari keberuntungan. Seharusnya anda memperhatikan dari semua ilmu pada sesuatu yang terpenting dari yang penting.

4. Berlaku sopan kepada Syeikh / guru.
Karena ilmu itu pada awal mulanya tidak diambil dari buku-buku, namun harus kepada syeikh yang bisa mendetailkan kunci-kunci menuntut ilmu, agar anda selamat dari ketergelinciran, maka menjadi kewajiban anda untuk berlaku sopan kepadanya, hal itu akan menjadi tanda kemenangan dan keberhasilan, sukses meraih ilmu dan mendapatkan taufik. Hendaknya syeikh anda menjadi tempat penghormatan anda, pemuliaan dan ramah. Maka ambillah semua adab yang baik pada saat anda duduk bersamanya, berbicara kepadanya, sopan dalam bertanya, menyimak dengan seksama, mempunyai etika yang baik pada saat membuka buku di depannya, tidak bertele-tele di hadapannya, tidak mendahului beliau dengan ucapan, langkah atau banyak berbicara di hadapannya atau menyela pembicaraan dan kajiannya dengan ucapanmu, atau menjawab dengan terus-menerus, menjauhi banyak bertanya apalagi disaksikan oleh banyak orang, karena hal itu akan menjadikanmu gurur ( tertipu dengan diri sendiri) dan bagi beliau merasa jenuh, dan janganlah memanggilnya dengan namanya secara langsung atau dengan nama julukannya, akan tetapi katakanlah: “Wahai syeikh kami”.

Jika nampak ada kesalahan dari syeikh atau keraguan maka janganlah engkau menjatuhkan beliau dalam pandanganmu, karena hal itu akan menjadi penyebab terhalangnya dirimu dari ilmunya, dan adakah orang yang akan selamat dari kesalahan ?”. ( Baca Hilyah Thalib Ilmi karya syeikh Bakr Abu Zaid )

5. Carilah ridho gurumu
Dengan segala rasa tawadhu kepada guru dan berserah diri serta mengamalkan apa yang guru perintahkan dan ajarkan, jangan sampai membuat hati gurumu gusar atau berubah pasrahkan segala jiwa dan ragamu agar kamu mendapat berkah dan ridho gurumu karena yang seperti itu akan membuka rahasia” hikmah sehingga terpancarlah Nur / cahaya ilmu dalam dirimu.

Berkata Imam Syafi’i " Aku begini bukan karena kepandaianku tetapi berkat ridho Guru guruku ".

Kami memohon kepada Allah agar selalu diberi perlindungan dan kekuatan dalam segala hal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar