Sebuah kidung yang melegenda di tanah jawa yang sudah banyak sekali di kenal di seluruh Nusantara
Bismillahirrohmannirrohiim
Ana kidung sapu jagad cipto Allah,
cahaya murub siang kalawan ndalu gumelar wonten ing jagat,
samio abyor mencorong nylametake sakatahe ing manungsa,
sadaya samia waluya jati, jati tumekaning waras lan ora kena bahya,
Gusti Hyang Akaryaning jagad suci yoiku Allah,
gawe mulya dadia rasa perkasa wiwite wontening cipta,
langgeng uripe andadia pido”a ingkang agung,
kulo nyuwun gampang sak ucap nyata sak kreteking ati sanubari,
tinurutan mulya gampang kang sarwa tinandur,
dadiya sugih lan ora kekeurangan apa-apa
sing ka utek kaleksana, para Malaikat, Nabi, Wali sunana panatagama ing
sajatining karamatullah sakabehe para manungsa, hewan, jin, setan,
silem, siluman, prayangan, iblis ingkang ala gawe nujuh, ala sirep
ambungkem ala kaulak tunggaling rasa,
Dzat sire Allah anulak analak stru samia lumpuh lan ora bisa usik,
wurung bubar siro kabeh lumayu kapanah
syahadad tunggal, laillaha illallah hu allah hu akbar, kamusnah
panggadan syahadad Rosullullah sollalaahu allihiwasalam.
Dalam khasanah perkembangan Ilmu Ghaib di Indonesia, kita mengenal ada dua aliran utama yaitu Aliran Hikmah dan Aliran Kejawen.
Aliran Hikmah / ilmu hikmah berkembang dikalangan
pesantren dengan ciri khas doa / mantra yang murni berbahasa Arab
( kebanyakan bersumber dari Al-Quran ).
Sedangkan aliran Kejawen yang ada
sekarang ini sebetulnya sudah tidak murni kejawen lagi, melainkan sudah
bercampur dengan tradisi Islam. Mantranyapun kebanyakan diawali dengan kalimat basmalah kemudian dilanjutkan dengan mantra berbahasa jawa. Oleh kerena itu, saya
menyebutnya Ilmu Ghaib Aliran Islam Kejawen.
Tradisi Islam-kejawen inilah yang lebih
banyak mewarnai keilmuan Silat Rohani di nusantara ini. Aliran Islam Kejawen / Ilmu Gaib
Aliran Islam Kejawen bersumber dari alkulturasi (penggabungan) budaya
jawa dan nilai-nilai agama Islam. Ciri khas aliran ini adalah doa-doa
yang diawali dengan membaca basmalah dan dilanjutkan kalimat berbahasa jawa, kemudian
diakhiri dengan dua kalimat syahadat.
Aliran Islam Jawa / kejawen tumbuh subur di
desa-desa yang kental dengan kegiatan keagamaan ( pesantren yang masih
tradisional ). Awalmula aliran ini adalah budaya masyarakat jawa sebelum Ajaran Islam datang yang memang menyukai kegiatan mistik dan melakukan ritual
untuk mendapatkan kemampuan suparantural.
Para pengembang ajaran Islam di Pulau
Jawa ( Khususnya Wali Songo) tidak menolak tradisi jawa tersebut, melainkan
memanfaatkannya sebagi senjata dakwah. Para Wali menyusun ilmu-ilmu Ghaib
dengan tata cara lelaku yang lebih Islami, misalnya puasa, wirid mantra
bahasa campuran arab-jawa yang intinya adalah do’a kepada Allah yang mudah dipahami.
Mungkin saja alasan mengapa tidak disusun
mantra yang seluruhnya berbahasa Arab adalah agar orang jawa tidak
merasa asing dengan ajaran-ajaran yang baru mereka kenal. Di Indonesia,
khususnya orang jawa, pasti mengenal Sunan Kali Jaga (Raden Said).
Beliau inilah orang yang paling banyak mewarnai paham Islam-kejawen yang
dianut oleh orang-orang jawa saat ini.
Kanjeng Sunan Kali Jaga menjadikan kesenian dan
budaya sebagai kendaraan dakwahnya. Salah satu kendaran Sunan Kali Jaga
dalam penyebaran ajarannya adalah melalu tembang / kidung. Kidung-kidung
yang diciptakannya mengandung ajaran ketuhanan dan tasawuf yang sangat
berharga. Ajaran Islam yang lebih luwes dan menerima berbagai perbedaan.
Bahkan Sunan Kali Jaga juga menciptakan
suatu kidung “Rumeksa Ing Wengi” dan Kidung Pamungkas Sapujagad yang
menurut saya bisa disebut sebagai Ilmu Ghaib atau Ilmu Supranatural,
karena ternyata orang yang mengamalkan kidung ini memiliki berbagai
kemampuan supranatural yang luar biasa .
Semoga dapat menambah wawasan dan manfaat bagi kita semua, aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar