Di kondisi seperti ini semoga hiruk
piuk pemilu tidak membuat hati kita ikut terlonta lonta dalam cinta buta, bukan
cinta dalam tempo yang sesingkat singkatnya, yang pasti tetep akur lan rukun,
jadilah manusia yang selalu menginginkan persatuan dan kerukunan bukan manusia
picik yang menginginkan perpecahan dan permusuhan..... kecuali musuh dalam
slimut siiih, karna dalam selimut selalu terdapat percintaan yang mempesona...
haiiich... dari pada nglantur kita simak saja yang ada dibawah ini :
KH. Idris Marzuqi Lirboyo Natos
Dawoh
“ Kowe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep, Kae
kiai-kiai ora ngarang dewe, Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali
jaman mbiyen, Wali ora ngarang dewe kok, Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi
Khidhir, Nabi Khidhir yen ketemu wali Jowo ngijazahi dungo nganggo boso Jowo,
Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro. ”
( Kamu kalau menerima doa bahasa Jawa dari kiai, mantapkan
dirimu, Para kiai tidak mengarang sendiri ( doa tersebut ), Para kiai menerima
doa-doa Jawa dari wali-wali terdahulu, Wali menerima ijazah doa Jawa dari Nabi
Khidhir, Nabi Khidhir kalau bertemu wali Jawa mengijazahi doa pakai bahasa
Jawa, bertemu wali Madura pakai bahasa Madura ).
Suatu ketika di Tanah Arab
terjadi kekeringan, lama sekali tidak turun hujan. Mengatasi masalah ini, Raja
Hijaz mendatangkan ulama-ulama Makkah dan Madinah, mereka dimintakan doa di
depan Ka’bah agar hujan turun segera.
Usai seluruh ulama berdoa, hujan
tak kunjung turun, malah semakin panas hingga beberapa bulan. Raja Hijaz pun
tiba-tiba ingat ada satu ulama yang belum diundang untuk dimintai doa.
Dicarilah ulama tersebut, setelah
ketemu, ternyata perawakan ulama tersebut pendek, kecil dan kulitnya hitam.
Ulama tersebut bernama Syaikh Nawawi bin Umar Tanara al-Bantani al-Jawi. beliau
ahli bahasa Arab dan mempunyai karya 40 judul lebih, semuanya berbahasa Arab.
Kemudian, ulama asal dusun
Tanara, Tirtayasa, Banten tersebut berangkat berdoa meminta hujan kepada Allah
Swt. di depan Ka’bah. Anehnya, meski Syaikh Nawawi Banten mampu berbahasa Arab
dengan fasih, di depan Ka’bah beliau berdoa meminta hujan dengan memakai bahasa
Jawa.
Para ulama Makkah dan Madinah
yang berdiri di belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata
“ Setiap Hari Uang Berlimpah
Masuk Kedalam Dompetku & Rekeningku Dengan Sangat Mudah Dan Terus Berlipat
Ganda… Qobul…”
“ Aamiin ”.
Mbah Nawawi berdoa :
“ Ya Allah, sampun dangu mboten
jawoh, kawulo nyuwun jawoh. ”
( Ya Allah, sudah lama tidak
hujan, saya minta segera turun hujan ).
Ketika itu juga hujan turun
dengan lebatnya, Rahasia memang milik gusti Alloh dan hanya orang” yang
terdekat-Nya lah yang mempunyai hubungan” yang sepesial, ketika hubungan sudah
dekat maka bahasa bukan lagi suatu permasalahan. contoh saja suami istri yang
sedang bercinta mereka tak berkata tapi kedekatan rasa yang membuatnya
glempangan dengan kenikmatan yang nikmat sekali..hihihi..
ALFATIHAH...
SEKIAN
Saya tutup dengan kata² bijak..
" Tangan diatas lebih baik
dari pada tangan dibawah tidak berlaku ketika kita memadu cinta dengan istri
kita, karena diatas atau dibawah toh sama² nikmatnya. " wkwkwk…
Yang ingin mengamalkan silahkan
tulis Qobiltu + hadiah Al fatihah & Sholawat buat saya dan ke 2 orang tua
saya
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Semoga Bisa Bermanfaat
Salam Jaya… Satu Nusa Satu
Bangsa, Indonesia Raya
From Martapura OKU Timur Sumatera
Selatan
vikyfirst@gmail.com
☆☆☆☆☆
Tidak ada komentar:
Posting Komentar