Bima

Bima

17 Februari, 2019

Ijazah Dungo Boso Jowo “ Doa Bahasa Jawa “


Di kondisi seperti ini semoga hiruk piuk pemilu tidak membuat hati kita ikut terlonta lonta dalam cinta buta, bukan cinta dalam tempo yang sesingkat singkatnya, yang pasti tetep akur lan rukun, jadilah manusia yang selalu menginginkan persatuan dan kerukunan bukan manusia picik yang menginginkan perpecahan dan permusuhan..... kecuali musuh dalam slimut siiih, karna dalam selimut selalu terdapat percintaan yang mempesona... haiiich... dari pada nglantur kita simak saja yang ada dibawah ini :

KH. Idris Marzuqi Lirboyo Natos Dawoh

“ Kowe ki nek nompo dungo-dungo Jowo seko kiai sing mantep, Kae kiai-kiai ora ngarang dewe, Kiai-kiai kae nompo dungo-dungo Jowo seko wali-wali jaman mbiyen, Wali ora ngarang dewe kok, Wali nompo ijazah dungo Jowo seko Nabi Khidhir, Nabi Khidhir yen ketemu wali Jowo ngijazahi dungo nganggo boso Jowo, Ketemu wali Meduro nganggo boso Meduro. ”

( Kamu kalau menerima doa bahasa Jawa dari kiai, mantapkan dirimu, Para kiai tidak mengarang sendiri ( doa tersebut ), Para kiai menerima doa-doa Jawa dari wali-wali terdahulu, Wali menerima ijazah doa Jawa dari Nabi Khidhir, Nabi Khidhir kalau bertemu wali Jawa mengijazahi doa pakai bahasa Jawa, bertemu wali Madura pakai bahasa Madura ).

Suatu ketika di Tanah Arab terjadi kekeringan, lama sekali tidak turun hujan. Mengatasi masalah ini, Raja Hijaz mendatangkan ulama-ulama Makkah dan Madinah, mereka dimintakan doa di depan Ka’bah agar hujan turun segera.

Usai seluruh ulama berdoa, hujan tak kunjung turun, malah semakin panas hingga beberapa bulan. Raja Hijaz pun tiba-tiba ingat ada satu ulama yang belum diundang untuk dimintai doa.

Dicarilah ulama tersebut, setelah ketemu, ternyata perawakan ulama tersebut pendek, kecil dan kulitnya hitam. Ulama tersebut bernama Syaikh Nawawi bin Umar Tanara al-Bantani al-Jawi. beliau ahli bahasa Arab dan mempunyai karya 40 judul lebih, semuanya berbahasa Arab.

Kemudian, ulama asal dusun Tanara, Tirtayasa, Banten tersebut berangkat berdoa meminta hujan kepada Allah Swt. di depan Ka’bah. Anehnya, meski Syaikh Nawawi Banten mampu berbahasa Arab dengan fasih, di depan Ka’bah beliau berdoa meminta hujan dengan memakai bahasa Jawa.

Para ulama Makkah dan Madinah yang berdiri di belakangnya menyadongkan tangan sambil berkata

“ Setiap Hari Uang Berlimpah Masuk Kedalam Dompetku & Rekeningku Dengan Sangat Mudah Dan Terus Berlipat Ganda… Qobul…”

“ Aamiin ”.

Mbah Nawawi berdoa :

“ Ya Allah, sampun dangu mboten jawoh, kawulo nyuwun jawoh. ”
( Ya Allah, sudah lama tidak hujan, saya minta segera turun hujan ).

Ketika itu juga hujan turun dengan lebatnya, Rahasia memang milik gusti Alloh dan hanya orang” yang terdekat-Nya lah yang mempunyai hubungan” yang sepesial, ketika hubungan sudah dekat maka bahasa bukan lagi suatu permasalahan. contoh saja suami istri yang sedang bercinta mereka tak berkata tapi kedekatan rasa yang membuatnya glempangan dengan kenikmatan yang nikmat sekali..hihihi..

ALFATIHAH...

SEKIAN

Saya tutup dengan kata² bijak..

" Tangan diatas lebih baik dari pada tangan dibawah tidak berlaku ketika kita memadu cinta dengan istri kita, karena diatas atau dibawah toh sama² nikmatnya. " wkwkwk…
  
Yang ingin mengamalkan silahkan tulis Qobiltu + hadiah Al fatihah & Sholawat buat saya dan ke 2 orang tua saya

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Semoga Bisa Bermanfaat

Salam Jaya… Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Raya

From Martapura OKU Timur Sumatera Selatan

vikyfirst@gmail.com

☆☆☆☆☆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar