Doa yang benar saja belum tentu diterima,
bagaimana jadinya jika doa dibaca salah…? Kisah ini pernah terjadi pada salah
seorang santri Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura, yang salah mengamalkan doa.
Anehnya, doa tersebut malah manjur meskipun salah.
Alkisah, Kiai Kholil yang dikenal
wali dan punya banyak karomah punya khodam dari salah satu santrinya. Si Paijo
( bukan nama aslinya ) bertanggung jawab mengurus kitab-kitab Beliau. Dia
membawanya ketika sang kiai mengajar. Setelah itu membersihkannya dan
meletakkan kembali ke tempat semula.
Suatu hari ketika si santri
membersihkan kitab tidak sengaja melihat tulisan " DO'A AQEQET " ( doa
berkelahi ) dalam tulisan Arab di salah satu halaman kitab.
“ Setiap Hari Uang Berlimpah
Masuk Kedalam Dompetku & Rekeningku Dengan Sangat Mudah Dan Terus Berlipat
Ganda… Qobul…”
" Wah…! ini doa kesukaan
saya, " gumamnya dalam hati.
Paijo segera menghafalkan doa
yang hanya beberapa kalimat itu. Merasa sudah hafal, dia kembalikan kitab itu
ke tempat semula.
Sampai pada suatu hari Paijo
terlibat perselisihan dengan santri lain yang menjadi ketua pengurus pondok pesantren.
Khodam yang tubuhnya kerempeng itu biasanya selalu mengalah. Tetapi kali ini
dia ngeyel tidak mau mengalah. Dia menantang ketua pengurus pondok yang
tubuhnya lebih besar dan kekar.
Kemudian Paijo komat kamit
membaca " doa aqeqet " yang sudah dihapalnya sambil menyingsingkan
lengan bajunya.
" Maju kamu…! " tantang
ketua pengurus sambil mengenakan kopiahnya.
" Oh, jelas, " kata
khodam dengan posisi siap tempur.
Perkelahianpun dimulai.
Santri-santri berdatangan menyaksikan tontonan gratis itu.
Sementara Paijo terus mendesak
mundur ketua pengurus. Sorak sorai bergemuruh. Ketua pengurus kaget dan terheran-heran
dengan kekuatan serangan khodam yang sejak dulu dia remehkan.
Akhirnya, ketua pengurus pondok
menyerah kalah. Padahal dia dikenal memiliki banyak ragam ilmu beladiri.
Kejadian itu lantas membuat Paijo
terkenal. Pada hari-hari berikutnya, banyak santri yang menjajal kekuatan khodam.
Setiap berkelahi Paijo selalu menang.
Ketenaran si Paijo akhirnya
terdengar oleh Syaikhona Kholil. Khodam dipanggil oleh kiai.
Paijo, kesini kamu…! "
panggil kiai.
" Baik kyai, " jawab
Paijo dengan ta'dzim dan bergegas menghampiri.
" Saya dengar kamu selalu
menang berkelahi, " selidik Kiai Kholil penasaran.
" Barokahnya kitab Kyai, "
jawab paijo merendah.
" Mengapa begitu…? "
tanya kyai Kholil.
" Saya mendapatkan do'a
berkelahi ( akeket ) dari kitab kyai, " terang khodam.
" Coba saya mau lihat, "
kata kyai Kholil semakin ingin tau.
" Ini kyai, " jawab
paijo sambil menunjukkan halaman kitab.
Ternyata, halaman yang ditunjuk
khodam bertuliskan: . عقیقة
Kitab di pondok pesantren memang
kebanyakan bertulisan Arab tanpa haroqat atau tanda baca. Istilahnya Arab Gundul.
Dan selain dalam bahasa Arab, biasanya huruf Arab tersebut diberi keterangan
berupa tulisan Arab juga yang disebut Huruf Pegon.
Bedanya, meskipun sama-sama huruf
Arab, huruf Pegon ini bukanlah bahasa Arab tapi merupakan bahasa daerah. Biasanya
bahasa Jawa atau Madura.
Kata عقیقة yang
seharusnya dibaca Aqiqah dalam bahasa Arab malah dibaca “ Aqeqet ” atau “ Akeket ” oleh paijo yang berarti " Berkelahi
" dalam bahasa Madura.
" Oh, ini do'a AQIQAH nak.
Bukan AKEKET, " kata Kyai Kholil.
Mendengar keterangan Kiai Kholil,
paijo terkaget lalu tertunduk malu.
Doa yang dia pakai untuk
berkelahi ternyata doa untuk Aqiqah. Ternyata Paijo salah baca. Tapi kok manjur…? Itulah kekuatan
doa yang diiringi keyakinan kuat di hati.
Salam Nusantara
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
Semoga Bisa Bermanfaat
Salam Jaya… Satu Nusa Satu
Bangsa, Indonesia Raya
From Martapura OKU Timur Sumatera
Selatan
vikyfirst@gmail.com
☆☆☆☆☆
Tidak ada komentar:
Posting Komentar