Bima

Bima

05 Maret, 2019

Kisah Santri Mbe-Link " Do'a Akeket ( Berkelahi ) "


Doa yang benar saja belum tentu diterima, bagaimana jadinya jika doa dibaca salah…? Kisah ini pernah terjadi pada salah seorang santri Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura, yang salah mengamalkan doa. Anehnya, doa tersebut malah manjur meskipun salah.

Alkisah, Kiai Kholil yang dikenal wali dan punya banyak karomah punya khodam dari salah satu santrinya. Si Paijo ( bukan nama aslinya ) bertanggung jawab mengurus kitab-kitab Beliau. Dia membawanya ketika sang kiai mengajar. Setelah itu membersihkannya dan meletakkan kembali ke tempat semula.

Suatu hari ketika si santri membersihkan kitab tidak sengaja melihat tulisan " DO'A AQEQET " ( doa berkelahi ) dalam tulisan Arab di salah satu halaman kitab.

“ Setiap Hari Uang Berlimpah Masuk Kedalam Dompetku & Rekeningku Dengan Sangat Mudah Dan Terus Berlipat Ganda… Qobul…”

" Wah…! ini doa kesukaan saya, " gumamnya dalam hati.

Paijo segera menghafalkan doa yang hanya beberapa kalimat itu. Merasa sudah hafal, dia kembalikan kitab itu ke tempat semula.

Sampai pada suatu hari Paijo terlibat perselisihan dengan santri lain yang menjadi ketua pengurus pondok pesantren. Khodam yang tubuhnya kerempeng itu biasanya selalu mengalah. Tetapi kali ini dia ngeyel tidak mau mengalah. Dia menantang ketua pengurus pondok yang tubuhnya lebih besar dan kekar.

Kemudian Paijo komat kamit membaca " doa aqeqet " yang sudah dihapalnya sambil menyingsingkan lengan bajunya.

" Maju kamu…! " tantang ketua pengurus sambil mengenakan kopiahnya.

" Oh, jelas, " kata khodam dengan posisi siap tempur.

Perkelahianpun dimulai. Santri-santri berdatangan menyaksikan tontonan gratis itu.

Sementara Paijo terus mendesak mundur ketua pengurus. Sorak sorai bergemuruh. Ketua pengurus kaget dan terheran-heran dengan kekuatan serangan khodam yang sejak dulu dia remehkan.

Akhirnya, ketua pengurus pondok menyerah kalah. Padahal dia dikenal memiliki banyak ragam ilmu beladiri.

Kejadian itu lantas membuat Paijo terkenal. Pada hari-hari berikutnya, banyak santri yang menjajal kekuatan khodam. Setiap berkelahi Paijo selalu menang.

Ketenaran si Paijo akhirnya terdengar oleh Syaikhona Kholil. Khodam dipanggil oleh kiai.

Paijo, kesini kamu…! " panggil kiai.

" Baik kyai, " jawab Paijo dengan ta'dzim dan bergegas menghampiri.

" Saya dengar kamu selalu menang berkelahi, " selidik Kiai Kholil penasaran.

" Barokahnya kitab Kyai, " jawab paijo merendah.

" Mengapa begitu…? " tanya kyai Kholil.

" Saya mendapatkan do'a berkelahi ( akeket ) dari kitab kyai, " terang khodam.

" Coba saya mau lihat, " kata kyai Kholil semakin ingin tau.

" Ini kyai, " jawab paijo sambil menunjukkan halaman kitab.

Ternyata, halaman yang ditunjuk khodam bertuliskan: . عقیقة

Kitab di pondok pesantren memang kebanyakan bertulisan Arab tanpa haroqat atau tanda baca. Istilahnya Arab Gundul. Dan selain dalam bahasa Arab, biasanya huruf Arab tersebut diberi keterangan berupa tulisan Arab juga yang disebut Huruf Pegon.

Bedanya, meskipun sama-sama huruf Arab, huruf Pegon ini bukanlah bahasa Arab tapi merupakan bahasa daerah. Biasanya bahasa Jawa atau Madura.

Kata عقیقة yang seharusnya dibaca Aqiqah dalam bahasa Arab malah dibaca “ Aqeqet ” atau  “ Akeket ” oleh paijo yang berarti " Berkelahi " dalam bahasa Madura.

" Oh, ini do'a AQIQAH nak. Bukan AKEKET, " kata Kyai Kholil.

Mendengar keterangan Kiai Kholil, paijo terkaget lalu tertunduk malu.

Doa yang dia pakai untuk berkelahi ternyata doa untuk Aqiqah. Ternyata Paijo salah baca. Tapi kok manjur…? Itulah kekuatan doa yang diiringi keyakinan kuat di hati.

Salam Nusantara

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Semoga Bisa Bermanfaat

Salam Jaya… Satu Nusa Satu Bangsa, Indonesia Raya

From Martapura OKU Timur Sumatera Selatan

vikyfirst@gmail.com

☆☆☆☆☆

Tidak ada komentar:

Posting Komentar