Marilah sejenak untuk para
pembaca blog ini kita berdo’a bersama untuk Nusantara kita tercinta ” Semoga semua orang dan segala sesuatu yang berjalan dan
yang menjalankan arah negatif, yang mau ke arah negatif dan yang mau
merencanakan untuk mengganggu ketenangan Bumi Nusantara ini, cerai beraikan
mereka semua dan hacur leburkanlah ya Alloh…, jadikanlah Nusantara tempat kami
tinggal ini Nusantara yang Engkau berkahi, aman, damai dan sentosa, qobul…
Tingkatan Penuntut Ilmu
Tiada kata terindah selain dari
hati. Tiada kata yang berkesan selain dari hati. Tiada kata yang menyentuh hati
kecuali dari hati. Sebuah kutipan indah dari Beliau Abdullah bin al-Mubarak,
pernah mengatakan bahawa :
Belajar ilmu itu mempunyai 3
tingkatan :
1. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong.
2. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.
3. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu apa-apa.
1. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan pertama, dia akan menjadi seorang yang sombong.
Dalam hal ini dapat dijelaskan
bahwa manusia penuntut ilmu memiliki beberapa kriteria.
Yang pertama adalah mereka yang
katanya telah mengetahui segala sesuatu, dia merasa angkuh akan ilmu yang dimiliki.
Tak mau menerima nasihat orang
lain kerana dia telah merasa lebih tinggi. Bahkan dia juga menganggap pendapat orang
yang memberikan nasihat kepadanya, disalahkannya. Selalu mau menang sendiri,
tidak mau mengalah meskipun pendapat orang lain itu benar dan pendapatnya yang
salah.
Terkadang dia mengatakan sudah
berpengalaman karena usianya yang lebih lama namun sikapnya masih seperti kekanak-kanakan.
Terkadang ada dia yang berpendidikan tinggi, namun dia tak mengerti akan ilmu
yang dia miliki.
Dia malah semakin menyombongkan
diri, bongkak di hadapan orang banyak. Merasa dia yang paling pintar dan ingin
diakui kepintarannya oleh manusia. Hanya nafsu yang diutamakan sehingga emosi
tak dapat dikendalikan maka ucapannyapun mengandung kekejian.
PENJELASAN : Yang dimaksudkan
dengan sombong bagi peringkat pertama di atas ialah dia merasakan bahwa kononnya
dia sudah tahu banyak perkara. Lalu dengan perasaan sombong dia mula berani
mengatakan itu dan ini, melabel itu dan ini dan terburu-buru. Hal ini banyak
kelihatan di sekeliling kita.
Ada yang sombong, angkuh dan
besar diri dengan ilmu mereka. Ternyata mereka ini adalah golongan yang baru di
peringkat awal menuntut ilmu. Bahkan kita semua juga masih di peringkat ini. Kita
selalu merasa diri sudah hebat dan mengatakan orang lain salah disebabkan
mereka tidak sama dengan pandangan atau pendapat atau ilmu atau pengalaman
kita.
Mengetahui bahawa kita masih di
peringkat pertama, justru bersabarlah. Jangan terlalu lekas melabel. Teruskan belajar
dan belajar supaya hikmah semakin menebal di dalam diri.
2. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan kedua, dia akan menjadi seorang yang tawadhu`.
Namun adalah berikutnya sebuah
tingkatan yang membuat semua orang mencintanya karena peribadinya yang mulia
meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya, ia tetap merendah hati
tiada meninggi.
Semakin dia rendah hati, semakin
tinggi derajat kemuliaan yang dia peroleh. Sesungguhnya karena ilmu yang banyak
itulah yang mampu menjadikannya faham akan hakikat dirinya. Dia tak mudah
merendahkan orang lain.
Senantiasa santun dan ramah,
bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara. Dia dengan semuanya itu membuatnya
semakin dicinta manusia dan insya Allah, Allah SWT pun mencintainya.
” Saldo 100 juta sebulan, Qobul…”
PENJELASAN : Golongan yang lebih
tinggi dari golongan pertama ialah segolongan yang tawadhu` dengan apa yang ada
pada mereka. Mereka merendah diri dengan ilmu mereka walaupun di dalam dada
mereka sudah banyak ilmu dan pengalaman. Sebenarnya ilmu dan pengalaman yang
banyak itulah yang menyebabkan mereka faham tentang hakikat ilmu. Lalu mereka
berasa tawadhu`.
3. Barangsiapa yang sampai ke
tingkatan ketiga, dia akan merasakan bahawa dia tidak tahu apa-apa.”
Sedangkan yang terakhir adalah
yang teristimewa. Dia yang selalu merasa dirinya tetap tidak mengetahui apa-apa
meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dadanya. Kerana dia
telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata
dan hatinya.
Semakin banyak pintu dan jendela
ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka.
Justru, dia bukan hanya tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu. Dia selalu
merasakan tidak tahu apa-apa, mereka bisa tak berdaya di dalamnya lantaran
terlalu luasnya ilmu yang terlalu luasnya.
PENJELASAN : Dan yang paling
tinggi dan hebat akan tingkatan ilmu mereka ialah apabila mereka merasakan mereka
tidak tahu apa-apa. Ini kerana hakikat ilmu semakin jelas dan nyata di hadapan
mata dan hati mereka.
Semakin banyak pintu dan jendela
ilmu yang dibuka, semakin banyak didapati pintu dan jendela ilmu yang belum dibuka.
Justru, mereka bukan saja tawadhu`, bahkan lebih mulia dari itu, mereka lalu
merasakan mereka tidak tahu apa-apa lantaran terlalu luasnya ilmu sehingga
mereka bisa lemas di dalamnya.
Sampai dimanakah tangga ilmu kita
…?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar